Diposkan pada Berbagi Praktik Baik

Sosialisasi PGP Angkatan 8, 9 dan 10 Dinas Pendidikan Propinsi Kep. Bangka Belitung

Alhamdulillah, saya selaku Pengajar Praktik (PP) Program Guru Penggerak (PGP) Angkatan 4 Kota Pangkalpinang diberikan kesempatan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk menjadi salah satu Narasumber dalam kegiatan Sosialisasi PGP Angkatan 8, 9 dan 10 Dinas Pendidikan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung via zoom meeting balai tikomdik Bangka Belitung pada tanggal 2 September 2022

Dalam kegiatan ini dihadiri oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Prop. Kep. Babel Bapak Azami Anwar yang membuka acara kegiatan. Kegiatan ini dihadiri oleh Cabang Dinas (Cabdin I hingga V), Pengawas SMA / SMK Prop. Kep. Babel, Kepala SMA/SMK/SLB se Kep. Babel serta guru yang mewakili.

Alhamdulillah kegiatan ini mendapat respon positif dari para undangan karena berkaitan dengan program guru penggerak, dengan harapan akan banyak guru-guru SMA/SMK/SLB yang berkeinginan melakukan perubahan pembelajaran sehingga pembelajaran berpusat pada murid serta mengikuti perkembangan zaman sesuai dengan kodrat anak.

Trik dalam mengisi Esai adalah Bapak / Ibu guru harus berani bercerita tentang apa saja yang telah bapak ibu lakukan dalam melakukan perubahan dalam pembelajaran, pembelajaran yang dilakukan berpusat pada murid (student Centered learning), melakukan inovasi dan kreatif bahkan dapat memberikan solusi dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran maupun berorganisasi. Intinya adalah kemauan bapak ibu untuk bergerak, tergerak dan menggerakan serta mulai dari diri untuk melakukan perubahan-perubahan baik dalam pembelajaran maupun berorganisasi (komunitas).

Berikut saya unggah materi yang telah saya sampaikan dalam kegiatan ini serta link youtube video dari zoom (balai tikomdik bangka belitung) , semoga bermanfaat dan memberikan pencerahan serta menggerakan guru-guru indonesia menjadi guru yang bergerak, tergerak dan menggerakan perubahan pembelajaran sehingga pelajar indonesia semakin berkarakter, cerdas dan berkualitas dan siap diterima di lingkungannya.

File Paparan PGP : https://bit.ly/Paparan_PGP_8_9dan10

Link Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=Z8vcLOyahOY

Diposkan pada Kegiatan / Pelatihan, Kurikulum Merdeka, Publikasi Ilmiah

Opini Pendidikan : Pembelajaran Bermakna Melalui Asesmen dan Pembelajaran Terdiferensiasi

Alhamdulillah, Satu artikel saya yang berkaitan dengan kurikulum merdeka terbit di Koran Bangka Pos. Koran Bangka Pos merupakan Koran Daerah dan telah menjadi Koran Nasional. Artikel ini terbit pada hari ini Selasa, 12 Juli 2022. Berikut saya ketik ulang di laman blog saya. Artikel ini saya ambil dari beberapa referensi yang saya rangkai menjadi suatu artikel dengan judul Pembelajaran Bermakna Melalui Asesmen dan Pembelajaran Berdiferensiasi. Walaupun ada beberapa konten artikel yang direvisi oleh redaksi karena terlalu banyak kalimat yang saya sampaikan. Semoga isi artikel ini bermanfaat bagi pembaca semuanya walaupun. Aamiin

Saat ini, Kemdikbudristek meluncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar.  Kurikulum Merdeka di Satuan Pendidikan/ SMK Pusat Keunggulan menjadi angin segar dalam upaya perbaikan dan pemulihan pembelajaran akibat learning loss pada masa pandemi covid-19. Kurikulum Merdeka menerapkan pembelajaran bermakna melalui asesmen dan pembelajaran terdiferensiasi.

Menurut Ausubel, pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.  informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat, meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip dan informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.

Pembelajaran bermakna dapat dilakukan melalui praktik pembelajaran terdiferensiasi, murid tidak hanya dapat memaksimalkan potensi mereka, tapi murid dapat belajar tentang nilai-nilai kehidupan berkaitan dengan indahnya perbedaan, menghargai, memahami makna baru dari kesuksesan, membangun kekuatan diri, memiliki kesempatan belajar, adanya kemerdekaan belajar dan berbagai nilai yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan diri mereka secara holistik (utuh). Oleh karena itu, guru sebagai seorang pendidik, yang memiliki orientasi melakukan perubahan dalam pembelajaran harus mengetahui bagaimana proses pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dan cara yang memungkinkan guru dapat mengelolanya secara efektif sehingga menghadirkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

Penerapan pembelajaran terdiferensiasi tidaklah sulit, mungkin selama ini guru telah melaksanakan pembelajaran terdiferensiasi tanpa disadari. Saat pembelajaran guru pasti memilikirkan kurikulum yang digunakan, capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, indikator sampai dengan asesmennya.  Namun terkadang guru lupa melihat dari sisi murid dari kesiapan belajar murid (cepat-lambat, konkret-bastrak, sederhana-kompleks, mandiri-bantuan), minat dan profil belajar.

Menurut Tomlinson (2000) Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini bukanlah guru harus mengajar dengan 36 cara yang berbeda untuk mengajar murid sebanyak 36 orang per kelasnya, bukan pula guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat mengerjakan tugas dibandingkan murid yang lain dengan tujuan agar murid yang cepat mengerjakan tugas tidak mengganggu murid yang lainnya, bukan pula guru harus mengelompokkan murid yang pintar dengan murid yang pintar dan murid yang kurang pintar dengan setaranya, bukan pula guru memberikan penugasan yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah pembelajaran yang berantakan dimana guru harus berlari kesana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu bersamaan. Guru bukanlah superman ataupun malaikat yang bisa kesana kemari untuk berada pada tempat yang berbeda dalam waktu bersamaan dan memecahkan semua permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran. Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi itu sesungguhnya?

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan serangkaian kegiatan atau keputusan yang masuk akal yang dibuat oleh guru yang memiliki orientasi dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Pembelajaran dilakukan untuk memberikan materi pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan pemahaman murid. Tujuan dari diferensiasi ini adalah agar setiap anak dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran yang berorientasi pada kompetensi membutuhkan asesmen yang bervariasi dan berkala. Kegiatan yang dibuat oleh guru yang merupakan keputusan masuk akal: (1) guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi dengan memastikan setiap murid di kelasnya, (2) Kurikulum yang berkualitas memiliki tujuan pembelajaran yang jelas baik untuk guru maupun murid, (3) Asesmen berkelanjutan dimana guru menggunakan informasi yang didapat dari proses asesmen formatif yang telah dilakukan untuk menentukan murid mana yang lebih dahulu mencapai tujuan pembelajaran atau sebaliknya, (4) Cara guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya dengan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Pembelajaran terdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut dengan melakukan identifikasi kebutuhan belajar secara komprehensif (menyeluruh) agar guru dapat merespon dengan lebih tepat dan efektif terhadap kebutuhan belajar muridnya. (5) Manajemen kelas yang efektif, guru mampu menciptakan prosedur rutinitas dengan menggunakan model/metode pembelajaran yang memungkinan adanya fleksibilitas namun kelas tetap berjalan efektif.  

Pembelajaran terdiferensiasi dapat dilaksanakan dengan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid terlebih dahulu. Menurut Tomlinson (2001) ada 3 aspek kebutuhan belajar murid antara lain: 1) Kesiapan belajar (readiness) murid, 2) Minat murid, 3) Profil belajar murid.

  1. Kesiapan Belajar (readiness)

Kemampuan murid dalam mempersiapkan dirinya untuk mempelajari materi baru. Dimana murid akan keluar dari zona nyamannya namun berada pada lingkungan belajar yang tepat serta adanya dukungan yang memadai sehingga mereka dapat menguasai materi baru. Tingkat kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualnya (IQ) namun pada pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh murid saat mereka akan belajar apakah sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang akan diajarkan. Tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar untuk memodifikasi sejauhmana tingkat kesulitan dalam bahan ajar yang akan diajarkan sehingga murid dapat memenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013).

  • Minat murid

Murid memiliki minat belajarnya sendiri. Ada murid yang memiliki minat sangat besar di bidang sains, sosial, seni, memasak, olahraga/atletik, musik dan sebagainya. Minat merupakan salah satu motivasi penting yang membuat murid dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Tomlinson (2001) ada beberapa tujuan pemetaan murid dalam merancang pembelajaran dengan mempertimbangkan pada minat murid antara lain:

  1. membantu murid menyadari bahwa adanya kecocokan atau kesesuaian visi antara sekolah dan keinginan murid sendiri untuk belajar,
  2. menunjukan adanya keterhubungan antara semua pembelajaran (terintegrasi),
  3. menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan bagi murid untuk mempelajari keterampilan atau ide yang belum familiar bagi mereka dan
  4. meningkatkan motivasi dan semangat belajar murid. Pendidik pastinya sudah memahami bahwa setiap tahun murid yang berbeda akan menunjukan minat yang berbeda-beda pula.

Guru dapat menjembatani murid melalui pembelajaran terdiferensiasi untuk menjaga minat mereka sehingga diharapkan minat belajar murid tetap tinggi dan meningkatkan kualitas belajar murid. Banyak ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan minat belajar murid seperti contoh dalam pembelajaran dimana guru meminta murid untuk memilih apakah mereka ingin mendemontrasikan pemahaman dalam bentuk media presentasi, peta pikiran (mind map), poster, infografis, makalah, media sosial, video, youtube dan bentuk lainnya sesuai minat murid. Guru dapat menggunakan model/metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan untuk menumbuhkan minat murid.

  • Profil Belajar Murid

Menurut Tomlinson dalam Hockett (2018) profil belajar murid merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, tingkat kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin dll. Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar murid untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara alami (natural) dan efisien. Namun terkadang guru belum memperhatikan atau tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar guru itu sendiri sehingga kurang adanya variasi dalam model/metode/pendekatan dalam mengajar. Seperti yang kita ketahui ada murid yang senang belajar dalam kelompok besar atau berpasang-pasangan atau kelompok kecil atau lebih senang belajar sendiri.

Menurut Tomlinson (2001) belajar murid dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1) Belajar lewat melihat (Visual) melalui media diagram, powerpoint, catatan, grafik, peta, bagan dsb, 

2) Belajar dengan mendengar (Auditory) melalui penjelasan guru, membaca dengan suara keras, mendengarkan musik dsb,

3) Belajar dengan menggerakan hanya sebagian atau seluruh tubuhnya (Kinestetik) melalui perenggangan tubuh, hands on, memegang atau menyentuh benda-benda yang menjadi bahan atau materi pelajaran yang sedang dipelajarinya,

4) Belajar dengan suasana lingkungan yang nyaman, tidak ada kebisingan, jumlah cahaya yang cukup, belajar dengan waktu yang lama atau sebaliknya dan

5) Pengaruh budaya, ada murid yang senang belajar dengan santai, terstruktur, tidak banyak bicara/diam, ekpresif, personal/impersonal selain itu multiple intelligent (kecerdasan majemuk) juga menjadi faktor lainnya dalam menentukan profil belajar murid.

Ada 3 strategi pembelajaran terdiferensiasi:

  1. Diferensiasi konten merupakan diferensiasi yang merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum. Contoh: guru menyiapkan materi ajar dalam berbagai format (buku, video, audio, poster, lembar dll), guru memberikan teks bacaan dengan berbagai topik, memberikan teks bacaan dengan beragam tingkat kesulitan, guru memberikan lembar kerja (LK) berisi panduan, materi ajar dan langkah-langkah pengerjaan yang harus dilakukan murid ketika melakukan praktek, murid punya kebebasan untuk menentukan sumber daya alam yang disekitarnya untuk diolah menjadi satu makanan,
  2. Diferensiasi proses dimana murid dapat berlatih dan memahami konten (isi) materi. Contoh: Guru memberikan kebebasan kepada murid untuk mengolah sumber daya alam yang telah dipilih dengan cara menggoreng, merebus, mengukus ataupun proses lainnya menjadi satu makanan setelah itu murid menuliskan apa yang telah direncanakan, membuat jadwal pengolahan serta tahapan pengolahan pada LK yang telah disediakan, murid berkesempatan memilih apakah ingin bekerja (terkait materi) secara individual atau berkelompok dengan pengelompokan yang fleksibel/kelompok yang bervariasi.
  3. Diferensiasi produk merupakan strategi memodifikasi produk hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari. Diferensiasi produk akan terlihat pada produk yang dihasilkan oleh murid. Produk yang dihasilkan beragam jenis. Produk tidak harus selalu dalam bentuk powerpoint/laporan tertulis/diagram, demonstrasi produk/hasil karya murid, gambar namun dapat berbentuk video presentasi/dokumentasi ataupun voice/audio tergantung pada minat murid, memberikan murid pilihan moda untuk menunjukan pemahamannya.

Strategi diferensiasi dapat dilakukan dengan satu persatu ataupun mengkombinasikannya. Akar dari pembelajaran terdiferensiasi melalui asesmen awal. Pentingnya melakukan asesmen di awal tahun ajaran, yang kemudian diikuti dengan melakukan asesmen formatif di sepanjang proses pembelajaran/berkelanjutan dan asesmen sumatif sebagai evaluasi akhir proses pembelajaran. Asesmen awal melalui asesmen diagnostik terlebih dahulu untuk menentukan lingkungan belajar yang tepat dengan materi baru yang akan disampaikan nantinya sesuai dengan kebutuhan belajar murid. Asesmen diagnostik untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakterisitik, kekuatan dan kelemahan model belajar murid, pemahaman awal, kondisi kompetensi awal murid. Asesmen awal dapat melalui mengamati perilaku murid-murid, mengidentifikasi pengetahuan awal dengan memperhatikan informasi yang diberikan murid diawal pertemuan, menggunakan berbagai bentuk asesmen formatif, melihat nilai rapor, memberikan pertanyaan pemantik. sehingga perancangan pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi murid yang berbeda-beda. Asesmen diagnostik dapat memberikan dampak positif, guru dapat menyesuaikan dalam menentukan model/metode pembelajaran yang sesuai dengan strategi diferensiasi dengan memperhatikan pemetaan kebutuhan belajar murid untuk mencapai tujuan pembelajaran dan merencanakan pembelajaran. Satuan Pendidikan juga dapat mengembangkan kebijakan yang mendorong penggunaan hasil asesmen untuk mendesain kurikulum dan instruksi pembelajaran yang berpihak pada murid. Mulailah dari sekarang untuk memulai asesmen dan pembelajaran terdiferensiasi untuk menciptakan pembelajaran bermakna sedikit demi sedikit sehingga menjadi pembelajaran bermakna secara optimal, lakukan upaya-upaya terbaik untuk merespon kebutuhan belajar murid sehingga pembelajaran terdiferensiasi secara natural dapat dilakukan. Salam Kurikulum Merdeka.

Diposkan pada Agendaku, Diklat, Kegiatan / Pelatihan

Pelatihan IT Business Analyst (ITBA) Tahun 2022

Bersama Narasumber Pelatihan ITBA usai presentasi kelompok

Alhamdulillah, akhirnya saya memaksakan diri untuk bisa eksis kembali disini. Setelah sekian lama hiatus dari dunia kuli tinta.

Ketika saya mendapatkan undangan untuk mengikuti pelatihan IT Business Analyst, saya belum paham arahnya mau kemana karena di dalam pikiran saya, saya akan menjadi seorang bisnis analis berbasis IT, apa yang harus saya kerjakan dan untuk apa saya mempelajari ITBA.

Pada hari pertama pelatihan ini, yang diawali dengan pretest (alhamdulillah nilai ga jelek-jelek amat walaupun belum paham) yang telah disediakan pada LMS selanjutnya materi tentang pengenalan ITBA dari pemateri (Pak Andri dan Pak Hartanto) masih belum memberikan gambaran bagi saya namun saya mencoba memahami dari pengenalan ITBA itu sendiri. IT Business Analyst (ITBA) merupakan keahlian profesional yang sangat dibutuhkan oleh industri atau perusahaan saat ini dengan semakin meningkatnya tuntutan terhadap profesionalisme tenaga Analis Bisnis Teknologi Informasi sebagai penghubung antara bisnis dan organisasi teknologi informasi dengan memahami dan memberikan solusi terhadap kebutuhan bisnis atau pemangku kepentingan. Produk yang dihasilkan berupa dokumen adalah proposal Business Case (BC) yang berisikan informasi dokumen persyaratan bisnis. Lanjutkan membaca “Pelatihan IT Business Analyst (ITBA) Tahun 2022”